13 July 2013

Sepelehkan Itinerary = Bingung di Jalan


Itinerary kalo diartikan kedalam bahasa Indonesia adalah rencana sebuah rute perjalanan (ngarang?, Jelas!), dimana didalamnya terdapat berbagai rencana kegiatan yang akan dilakukan di tempat tujuan, dan list destinasi yang akan menjadi tempat tujuan seorang traveler. Orang yang menggunakan Itinerary tidak harus seorang traveler, karena fungsinya hampir sama sepert schedule biasa, tetapi istilah ini sudah sering digunakan di dunia pariwisata.

Seperti yang diceritakan sebelumnya, perjalanan saya ke Yogyakarta memang belum mempunyai rencana yang jelas, mau kemana, ngapain, pergi ketempat apa, naik apa, semuanya belum ada gambaran sama sekali, yang penting sampai dulu di kota gudeg, masalah planning, ya...., nyusul hehehe.

Akibatnya, I wasted my time!, nggak kerasa hampir satu jam saya di stasiun Lempuyangan, cuma untuk menentukan harus pergi kemana!. Haduuuhhh...., nggak lagi-lagi deh pergi tanpa itinerary yang jelas. Terbesit di otak saya untuk menghubungi teman yang tinggal di Yogya, kali-kali aja bisa numpang tidur, makan, nyuci baju, nyetrika, minjem motor, dll. Hidup itlu memang butuh strategi, apalagi mahasiswa bokek seperti saya, sudah nggak ada lagi bahasa malu untuk menjadi parasit dikampung orang Heheheh.
Namun, memang dasarnya malang dan Tuhan sudah mengetahui akal bulus saya, nomor telepon yang saya hubungi Mailbox!!, Arrgghh...!!!, ini seperti kiamat kecil-kecilan dengan sedikit hempasan angin taufan dan tsunami yang terjadi secara serentak!. Mau nggak mau saya harus menentukan plan B, yaitu "Bergembel" ria dengan perlengkapan seadanya, nggak mungkin juga ngejogrog di stasiun, mau nanti dikira gembel kereta!.
The right man in the wrong place at the wrong time


Untungnya jarak antara stasiun Lempuyangan dengan alun-alun kota Yogyakarta tidak terlalu jauh, kurang lebih hanya 2 km. Jadilah saya pilih itu destinasi untuk tujuan pertama. Ada dua cara agar kita bisa sampai ke alun-alun, yaitu dengan menggunakan Transyogya, naik dari stasiun Lempuyangan lalu turun di Jalan A.Yani, kalo ngeri kesasar bilang aja sama petugasnya untuk diturunkan di sekitar alun-alun kota, kira-kira sepuluh hingga lima belas menit atau 200 meter lama perjalanan, sudah sampai di alun-alun. Cara yang kedua yaitu menggunakan cara saya, jalan dari stasiun Lempuyangan, ke arah Malioboro kurang lebih satu kilometer terus ke arah selatannya, lurus terus sampe bego, itu juga sama kurang lebih satu kilometer, baru deh sampe di Alun-alun kota, heheheh cerdaskan??.
Foot Statue at Alun-alun Yogyakarta

Sesampainya disana, kembali lagi saya dengan berbagai kebingungan yang harus saya hadapi, saya baru sadar ini siang hari, apa menariknya alun-alun di siang bolong?!, untuk tanning sih memang pilihan bagus, lah ini kulit saya udah kaya sodara-sodara di bagian timur Indonesia. Tempat wisata yang terkenal dari alun-alun kalo nggak Malioboro ya Keraton Yogyakarta, mau pilih Malioboro,masa saya harus balik rute perjalanan?!, pilihan terakhir ya Keraton Yogyakarta. Jujur aja ya, sebetulnya saya bener-bener males pergi ke Keraton,wong gitu-gitu aja isinya, lagian setiap study tour dari SD sampe SMA kalo tujuannya Yogyakarta, yang namanya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tidak akan luput untuk disinggahi.Ditambah lagi harga tiketnya yang uhum...., MAHAL, satu orang 15 ribu, arrrgghh...!!, itu bisa makan satu porsi gudeg pake ayam sama telur bulet!.

Cari informasi kesana-kemari dibawah teriknya matahari sembari membawa tas ransel bak guling ukuran jumbo, akhirnya saya mendapatkan ilham dari tukang becak, "Di sini Mas, ada juga yang namanya Istana Taman Air, deket pasar Ngasem, kalo naik becak harganya 15 ribu, bagaimana, mau nda saya antar?". Pale luh gendut!, buat bayar tiket masuk ke Keraton aja gue ogah, apalagi cuma buat naek becak doang?!, Ora dah Ora Pa'de Kulo jalan ndewekan aja dah kalo begini caranya.

Untung saja hape saya canggih, bisa buka GPS, disinilah kehebatan teknologi dapat diandalkan. Ternyata eh ternyata, jarak dari Keraton ke pasar Ngasem cuma lima ratus meteran doang!, Cih!!, nyaris saja saya dikibulin sama tukang becak. Saya tinggalin aja tuh tukang Becak, daripada saya tambah emosi terus saya tebalikin becaknya! (for your information, harga normal becak  ke pasar Ngasem cuma lima rebu perak!).








No comments:

Post a Comment