17 September 2013

Key F and K

Wellehhhh.., saya baru buka lagi blog saya kenapa nggak ada perubahan sama sekali ya?, tidak mencerminkan sama sekali komitmen yang telah di buat diawal mula pembuatan blog, bahwasannya blog ini akan menjadi blog yang tidak akan ditinggalkan oleh pemiliknya untuk diulik dan isi berbagai macam ide kreatif untuk menjadi the Famous traveler in the world! 

Arrrgghhh, waktu sekali lagi memainkan peranannya sangat baik dan konsisten. Berkali-kali saya terjebak antara persimpangan waktu, antara istirahat, bermain, pekerjaan kampus, dan berbagai macam kegiatan yang membuat saya melupakan dunia tulis menulis.

Susah sekali sepertinya untuk mengalahkan atau lebih tepatnya mengendalikan waktu agar semuanya dapat berjalan dengan kehendak saya. Sebetulnya ada dua kuncinya, Focus dan Konsisten, Konci F dan konci K dimana konci tersebut akan menunjukkan suatu jalan keberhasilan.

Oke, sudah cukup untuk bermain-mainnya, umur bertambah itu menandakan ilmu dan pengalaman juga bertambah, sempatkan waktu untuk menuangkan ide-ide gila dan menarik. Berikan kepada negaramu dan keluarga tanah airmu, supaya mereka tahu, siapa dan bagaimana Saya. 

-Adi Kurniawan-
Read Youth More

18 July 2013

Dont Judge Gunung Kidul by the Cover

Tuhan selalu mempunyai cara untuk memberikan berbagai macam kejutan kepada umatnya, terkadang sebuah kejutan yang Ia berikan harus ditempuh dengan jalan yang sulit, berliku-liku dan yang pastinya bikin gondok setengah mati untuk tahu apa kejutan yang akan kita sambut. Dan terkadang pula tidak sedikit kejutan yang datang dan pergi begitu saja tanpa harus mengeluarkan setetes keringat atau perjuangan yang berarti. Itu semua Saya yakin sekali tidak diberikan oleh Sang Pencipta tanpa ada arti dan makna yang tersirat didalamnya . Oke stop, Saya bukan pujangga yang bisa bercerita dengan berbagai majas dan Saya bukan sastrawan yang mengenal tanda baca dan arti dibalik sebuah kata, Saya hanya seorang pemalas yang tidak tahu harus melakukan apa di hari libur, Sadaaaaaapp!!!, gue bisa nulis prolog, hahahai!

Setelah satu hari mengelilingi kota Yogyakarta lebih tepatnya ngalor-ngidul gak jelas di kota orang dengan keadaan kantong yang memungkinkan pemerintah setempat mengkategorikan Saya sebagai fakir miskin untuk diberikan sedekah, Saya duduk termangu dengan tangan menengadah keatas di serambi masjid Agung merenungi apakah Saya harus melanjutkan perjalanan atau Saya balik saja ke Jakarta dan bilang kepada mereka  yang ada disana bahwa Saya gagal dalam menjalankan tugas sebagai backpacker pemula.

Mungkin di dalam tas Saya ada sedikit cemilan, ketika dilihat cuma ada sendal jepit sama tumpukan baju buat nginep, mungkin di saku kanan celana ada duit minimal sepuluh ribu nyempil disana, ternyata hanya dua lembar uang serebuan, ahhh.... mungkin di dalam dompet bisa dikeluarkan sedikit buat jajan, tapi sepertinya itu tidak mungkin, mengeluarkan uang dari dalam dompet Saya sama dengan jalan kaki dari alun-alun ke Gunung Kidul,wonosari!, ya.. jika masih ada yang nggak tahu jaraknya sejauh apa cek dulu aja kali ya di Google maps. "drrrtt...drrrrtt.drrrtt!". Ini adalah tanda bahwa ada getaran maut dari saku kiri Saya, getaran HP Nexian untuk sms masuk bisa memporak porandakan kampung sebelah, terlalu dahsyat getarannya. Dengan rasa malas dan gunda gulana Saya keluarkan HP butut tapi bisa menghancurkan lemaknya Rikishi dari sarang penyamunnya. Tebakan Saya smsnya palingan dari operator, kalo nggak iklan big sale dari nomor gak jelas, atau M-tronik?, ahh tapi Saya  nggak beli pulsa. lihat Inbox ternyata sms dari si Ululicius (heran kenapa begitu alay-nya orang ini). "Di sorry hape gue matiin maklum hari libur jadi gue tidur kaya kebo deh! heheh, luh dmn sekarang?, kl mau nginep gpp dirumah gue aja". Ohh ....(belum sadar), tiga detik kemudian OALAHHHHHHHHH!!!!!! okelah kalo begitu, its sound good! jika diterjemahakan ke bahasa Indonesia artinya cakep beneerr!!!, tidurnya nanti dimana itu urusan belakangan, ditempatin di dapur Saya juga tidak keberatan, asalkan Saya bisa mandi, numpang makan, leyeh-leyeh, nonton TV , tidur besoknya melanjutkan perjalanan ke Gunung Kidul, Yuhuuuuuu...!

Sebetulnya satu hari sebelum kita berangkat ke Kidul ada hari dimana kita menghadiri perayaan Sekaten, yaitu perayaan maulid nabi Muhammad SAW ala Yogyakarta yang dilaksanaka di sekitar komplek kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Dikarenakan dari kami kebanyakan penganut Al-Keboniah jadilah kami semua bangunnya kesiangan. Jangankan untuk melihat tumpeng yang mengunung-gunung, untuk sampai didepan gerbang kraton saja kita harus melewati lautan manusia. Panas, keringet, orang bejubel jadi satu hedeeeuhhh... rasakan baunya!.

Well, next trip is Gunung Kidul Regency, check your belonging and step carefully, sadaaaaapp..!!!. Selain keindahan ecotourism dan agrotourismnya, gunung kidul juga punya wisata kuliner yang gak kalah ekstrim dengan kulinernya orang-orang Afrika sana. Belalang yang biasa jadi makanan burung, dijual dipinggiran jalan buat di goreng terus di makan pake nasi dan yang makan manusia, Bahhhh!!. kadang ada juga yang disate, malah sekarang sudah ada pizza belalang, ini kuliner fear factor yang beneran real ada di dunia, believe it or not.
Belalang Goreng

Kali ini Saya menginap di tempat teman Saya namanya Ahmad Hasyim tapi nggak tau kenapa sering dipanggil Acim, mungkin dia imut, ahhh tetap saja imutan Saya heheh. Tepatnya berada di desa Semuluh Lor, kabupaten Gunung Kidul, kecamatan Semanuh. Untuk sampai desa ini dari pusat kota Yogyakarta kira-kira menempuh waktu satu hingga dua jam dengan munggunakan bus kecil yang menuju kearah Wonosari. Harga tiketnya untuk bulan Januari kemarin sih cuma tujuh ribu rupiah, tapi karena sekarang BBM naik mungkin tarifnya juga naik jadi sepuluh ribu rupiah dan harga ini sebetulnya tentative, tergantung dari moodnya si kondektur heheheh.
Ahmad Hasyam,
panggil saya ACIM 

Banyak dari kita yang belum mengetahui sebetulnya gunung itu seperti apa, malah dikereta sewaktu Saya berangkat dari Jakarta, ditanya sama orang sebangku Saya "kok musim hujan gini ke gunung si mas, emang gak ngeri becek atau longsor?". Hadeuuuhhhh..., ya nggak salah-salah amat sih, memang secara geografis kabupaten Gunung Kidul areanya ada diatasnya Yogyakarta dan banyak dikelilingi  oleh gunung-gunung kapur atau daerah karst. Saya juga sempat mengira disana saya akan sulit menemukan sumber air sodekat, karena menurut pelajaran Geografi, yang Saya pelajari swaktu SNMPTN bahwasannya daerah karst itu daerah yang kering, karena air hujan yang turun ke permukaan karst akan masuk kedalam tanah melalui pori-pori batuan kapur tersebut. Sampai akhirnya teori Saya terbantahkan,"kalo orang belum pernah ke Kidul Mas, yang berpendapat kaya Mas banyak banget, coba aja Mas kerumah ku, Aku persilahkan untuk berenang di dalam Bak mandi ku, palingan seandainya rada butek sedikit, itu pengaruh dari air hujan", terang Acim.
Pohon Mete di Gunung Kidul

Pas sampe rumah Acim, Saya langsung ke toiletnya, memang kebiasaan Saya jika sampai rumah seseorang Saya harus buang hajat, itu bisa jadi petanda bahwa Saya akan betah dengan tempatnya atau tidak. Benar saja nggak disangka-sangka bak mandinya ukuran 2x3 M,tingginya kurang lebih satu meteran!, Busssyeeett bathup dirumah orang gedongan mah pasti kalah, airnya ???, melimpah ruah, sampai luber air yang ada di dalamnya. See, istilah don't Judge a Book by The Cover pas banget buat kabupaten Gunung Kidul. So you have to come and prove it by yourself!. 
Read Youth More

15 July 2013

Water Castle ala Kota Gudeg

Ekspektasi saya setelah sampai di Istana Taman Air ternyata meleset jauh dari perkiraan, dikepala saya sudah ada bayangan seperti di Venesia, ada sebuah istana yang disekelilingnya terdapat  kanal besar lalu banyak wisatawan yang sedang naik gondola. Wedew... jangankan sungai, got aja nggak ada airnya.Cuma ada reruntuhan bangunan yang mirip sama benteng yang ada di keraton Yogyakarta.Okelah maju terus sampai ke gerbang utama, mungkin aja ada sesuatu yang menarik.

Nah benar saja, satu persatu keunikan dari istana mulai terlihat, diawali dengan kita dapat melihat lurus kearah Jalan Ngasem sampai perempatan jalan Ahmad Dahlan tanpa ada penghalang untuk kita melihat tatanan sebagian kota Yogyakarta yang teratur dan bernuansa sangat "Jowo", ini dikarenakan permukaan tanah pada bangunan Istana Taman Air, lebih tinggi dibandingkan dengan bangunan dan rumah penduduk yang ada disekitarnya.
Pemandangan dari depan gerbang Istana Air


Untuk masuk kedalam Istana ada dua pilihan, bisa masuk sendiri tanpa harus ditemani Guide terus kebingungan sendirian didalamnya atau pilih ditemani sama seorang guide biar ada yang nerangin ini itu didalam istana nantinya. Kalo saya sendiri sih lebih memilih untuk pakai Guide sekalian ingin mengetahui cerita dibalik berdirinya bangunan. Nggak usah bingung harus nyari Guide dimana, karena mereka sendiri ada dimana-mana dengan bentuk dan rupa yang beraneka ragam, keseringan sih mereka berada disekitar gerbang utama dan biasanya mereka menjajahkan dirinya sendiri, heheheh!.

Yang menjadi Guide saya pada saat itu namanya pak Bambang, kisaran umur 40 tahunan sepertinya,  perawakannya kecil, kulitnya hitam dengan kumis tebal bak sipir-sipir India, ciri khasnya topi putih yang selalu dia kenakan dengan moncong topi mengarah kebelakang, pokoknya ini orang Jawa banget dah mukanya, tapi bahasa Inggrisnya, hedeeeehh, akan berdecak kagum deh kalo ketemu langsung!. Beliau menjelaskan kepada saya bahwa Istana Taman Air didirikan pada masa Hamengku Buwono I (1755-1792) dan selesai pada masa Hamengku Buwono II. Fungsi dari bangunan bervariasi, diantaranya digunakan sebagai tempat peristirahatan, area meditasi, area pertahanan, dan tempat bersembunyi, karena pada tahun itu, tau sendirikan para kompeni-kompeni Belande lagi pada ngejogrok di Nusantara. Terus kenapa disebut sebagai istana air?, Dulu, bangunan utama Istana ini dikelilingi oleh segaran atau kalo diartikan ke bahasa Indonesia adalah danau buatan. Fungsinya sebagai tempat pembudidayaan ikan pangeran Hamengku Buwono II, selain itu fungsi danau digunakan juga untuk tempat bersampannya Sultan dan keluarga kerajaan, nah bangunan yang dikelilingi danau ini disebut Pulo Kenongo.
Gerbang Utara Istana Taman Air

Istana Taman Sari sendiri dipengaruhi oleh dua kepercayaan, Buddha dan Islam. Terlihat dari dua bangunan yang mempunyai fungsi keagamaan yang berbeda. Bangunan yang pertama berada di sebelah barat pulo kenongo bernama Sumur Gumuling, digunakan sebagai Masjid, berbentuk seperti dome terbukan kalo dibandingkan mungkin seperti bangunan Coloseum di Roma, cuma bedanya bagian pinggirannya nggak ada yang keropos, masih sangat sempurna bentuk lingkarannya, terdiri dari dua lantai, dimana lantai pertama berfungsi sebagai tempat shalat laki-laki dan lantai dua untuk  tempat ibadahnya kaum perempuan. Ditengah-tengah bangunan ada empat anak tangga menurun dan satu tangga menuju lantai dua, jika dijumlahkan ada lima anak tangga, ini adalah simbol dari solat lima waktu dan jumlah rukun islam. Di bawah tangga ada sebuah kolam berbentuk lingkaran dengan diameter kira-kira 3 meter yang berfungsi sebagai tempat berwudhu. Saya sampe berdecak kagum sendiri, orang dulu hebat-hebat bener ya bikin konsep bangunan super duper kaya gini, apa dulu udah ada jurusan arsitek ya??
Tangga di dalam Sumur Gumuling,
akses antara tempat ibadah laki-laki dan perempuan 

Bangunan yang kedua bernama Pulo Panembung, letaknya berada disebelah selatan Pulo Kenongo, fungsinya sebagai tempat meditasi Sultan, untuk mencapai tempat Sultan bersemedi,kita harus melewati lorong bawah tanah, pada saat mengunjungi tempat tersebut, disepanjang lorong saya kira diatapnya dipasangin lampu neon secara berurutan, tau-taunya itu cuma cahaya matahari yang masuk dari fentilasi udara yang berada di atas atap, Oalaahhhhh saya ketipu!
Lorong Pulo Panembung


Selama diperjalanan, tidak henti-hentinya Pak Bambang menceritakan secara detail tentang Water Castle ala Yogyakarta, beliau tahu sekali seluk-beluk tempatnya, ibarat kata jika disamakan dengan kuncen gunung Merapi  tingkatnya beda tipis!."Nah, sekarang kita jalan ketempat pemandian para putri, dan permaisuri Sultan". 
"Saya boleh main air dong Pak disana, ya... sekedar basahin kaki, tangan sama badan aja, nama lainnya mah mandi gitu pak", harap saya karena cuaca di Yogyakarta yang pada saat itu suhunya mungkin sudah mencapai titik didih kali ya... (Lebaaaaaiii).
"Ya silahkan saja dek Adi mandi, tapi banyak wisatawan juga yang dateng ketempat pemandian, jadi siap-siap ya jadi tontonan". guyon pak Bambang.
Umbul Sultan Pasimaran,
Tempat para permaisuri mandi Uhuuy!


Nama komplek pemandian sendiri bernama Umbul Pasimaran, letaknya berada di tenggara Pulo Kenongo. Ada tiga kolam pemandian didalamnya yaitu Umbul Muncar dan Blumbang Kuras yang dipisahkan oleh jembatan berbentuk seperti dermaga serta Umbu Binangun yang digunakan untuk mandi para Permaisuri dan Sultan. Pembatas Umbul Binanngun dengan dua kolam adalah kamar ganti sultan yang diatasnya terdapat sebuah menara. Konon dari menara tersebut Sultan mengawasi Istri dan Permaisurinya yang sedang mandi-mandi cantik, kemudian yang paling Mancaaappp, dialah yang akan diajak mandi bareng sama si Sultan. Weleh-weleh indah bener hidupnya Sultan ya?!!.
Umbul Muncar dan Blumbang Karas 
Sebetulnya masih ada beberapa tempat di dalam komplek Istana Taman Air yang belum saya ceritakan,seperti tempat beristirahatnya sang Sultan dan Permaisurinya, tempat diadakannya pesta istana dan beberapa tempat yang dilakukan untuk menjamu para tamu Sultan, dikarenakan gambar-gambar yang sudah saya ambil beberapa telah terhapus. Jadi, lebih baik anda-anda semua coba eksplorasi sendiri aja yoo...
Read Youth More

13 July 2013

Sepelehkan Itinerary = Bingung di Jalan


Itinerary kalo diartikan kedalam bahasa Indonesia adalah rencana sebuah rute perjalanan (ngarang?, Jelas!), dimana didalamnya terdapat berbagai rencana kegiatan yang akan dilakukan di tempat tujuan, dan list destinasi yang akan menjadi tempat tujuan seorang traveler. Orang yang menggunakan Itinerary tidak harus seorang traveler, karena fungsinya hampir sama sepert schedule biasa, tetapi istilah ini sudah sering digunakan di dunia pariwisata.

Seperti yang diceritakan sebelumnya, perjalanan saya ke Yogyakarta memang belum mempunyai rencana yang jelas, mau kemana, ngapain, pergi ketempat apa, naik apa, semuanya belum ada gambaran sama sekali, yang penting sampai dulu di kota gudeg, masalah planning, ya...., nyusul hehehe.

Akibatnya, I wasted my time!, nggak kerasa hampir satu jam saya di stasiun Lempuyangan, cuma untuk menentukan harus pergi kemana!. Haduuuhhh...., nggak lagi-lagi deh pergi tanpa itinerary yang jelas. Terbesit di otak saya untuk menghubungi teman yang tinggal di Yogya, kali-kali aja bisa numpang tidur, makan, nyuci baju, nyetrika, minjem motor, dll. Hidup itlu memang butuh strategi, apalagi mahasiswa bokek seperti saya, sudah nggak ada lagi bahasa malu untuk menjadi parasit dikampung orang Heheheh.
Namun, memang dasarnya malang dan Tuhan sudah mengetahui akal bulus saya, nomor telepon yang saya hubungi Mailbox!!, Arrgghh...!!!, ini seperti kiamat kecil-kecilan dengan sedikit hempasan angin taufan dan tsunami yang terjadi secara serentak!. Mau nggak mau saya harus menentukan plan B, yaitu "Bergembel" ria dengan perlengkapan seadanya, nggak mungkin juga ngejogrog di stasiun, mau nanti dikira gembel kereta!.
The right man in the wrong place at the wrong time


Untungnya jarak antara stasiun Lempuyangan dengan alun-alun kota Yogyakarta tidak terlalu jauh, kurang lebih hanya 2 km. Jadilah saya pilih itu destinasi untuk tujuan pertama. Ada dua cara agar kita bisa sampai ke alun-alun, yaitu dengan menggunakan Transyogya, naik dari stasiun Lempuyangan lalu turun di Jalan A.Yani, kalo ngeri kesasar bilang aja sama petugasnya untuk diturunkan di sekitar alun-alun kota, kira-kira sepuluh hingga lima belas menit atau 200 meter lama perjalanan, sudah sampai di alun-alun. Cara yang kedua yaitu menggunakan cara saya, jalan dari stasiun Lempuyangan, ke arah Malioboro kurang lebih satu kilometer terus ke arah selatannya, lurus terus sampe bego, itu juga sama kurang lebih satu kilometer, baru deh sampe di Alun-alun kota, heheheh cerdaskan??.
Foot Statue at Alun-alun Yogyakarta

Sesampainya disana, kembali lagi saya dengan berbagai kebingungan yang harus saya hadapi, saya baru sadar ini siang hari, apa menariknya alun-alun di siang bolong?!, untuk tanning sih memang pilihan bagus, lah ini kulit saya udah kaya sodara-sodara di bagian timur Indonesia. Tempat wisata yang terkenal dari alun-alun kalo nggak Malioboro ya Keraton Yogyakarta, mau pilih Malioboro,masa saya harus balik rute perjalanan?!, pilihan terakhir ya Keraton Yogyakarta. Jujur aja ya, sebetulnya saya bener-bener males pergi ke Keraton,wong gitu-gitu aja isinya, lagian setiap study tour dari SD sampe SMA kalo tujuannya Yogyakarta, yang namanya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tidak akan luput untuk disinggahi.Ditambah lagi harga tiketnya yang uhum...., MAHAL, satu orang 15 ribu, arrrgghh...!!, itu bisa makan satu porsi gudeg pake ayam sama telur bulet!.

Cari informasi kesana-kemari dibawah teriknya matahari sembari membawa tas ransel bak guling ukuran jumbo, akhirnya saya mendapatkan ilham dari tukang becak, "Di sini Mas, ada juga yang namanya Istana Taman Air, deket pasar Ngasem, kalo naik becak harganya 15 ribu, bagaimana, mau nda saya antar?". Pale luh gendut!, buat bayar tiket masuk ke Keraton aja gue ogah, apalagi cuma buat naek becak doang?!, Ora dah Ora Pa'de Kulo jalan ndewekan aja dah kalo begini caranya.

Untung saja hape saya canggih, bisa buka GPS, disinilah kehebatan teknologi dapat diandalkan. Ternyata eh ternyata, jarak dari Keraton ke pasar Ngasem cuma lima ratus meteran doang!, Cih!!, nyaris saja saya dikibulin sama tukang becak. Saya tinggalin aja tuh tukang Becak, daripada saya tambah emosi terus saya tebalikin becaknya! (for your information, harga normal becak  ke pasar Ngasem cuma lima rebu perak!).








Read Youth More

03 March 2013

In The Train Atmosphere

Pa'de lagi tidur 
Sebetulnya sih bisa-bisa aja pilih kereta Eksekutif untuk melakukan traveling. Saya juga sering menggunakan transportasi ini yang harganya 11:12 sama harga pesawat Lion Air untuk tujuan Jakarta ke Surabaya, itupun bukan dari uang sendiri bayarnya, kalo ngga dari bokap ya palingan dari pacarnya bokap (baca:nyokapmetal), itu juga masih nggak rela buat ngeluarin duit cuma untuk bayar tiket. 

Enaknya pake kereta Eksekutif pelayanan yang didapat setimpal dengan harga yang dikeluarkan (harga nggak pernah bohong).Enggak ada yang namanya acara kipas-kipasan karena kegerahan wong didalemnya full AC (This is real Air Conditioner, not Angin Cepoy-cepoy). Bangku yang disediakan buat penumpang juga empuk, senderan bangkunya juga bisa kedepan dan di kebelakangin, jadi punggung juga nggak bakal ngerasa pegel. Dijamin bisa tidur pules karena enggak ada pedagang yang lalu-lalang menjajahkan dagangannyan sambil tereak-tereak nggak jelas, palingan nih kalo lagi apes-apesnya pengganti si pedagang yaitu anak kecil yang nangis bak ibunya nyuruh anaknya kerja rodi buat dapetin sebotol susu aja. Lebih nyamannya lagi, kelengkapan multimedia di kereta juga sudah mencukupi, ada majalah kereta api yang edisinya kadang sedikit expired (Satu bulanan), ada juga TV ukuran plasma ya kalo nggak diisi sama musik video klip palingan diisi film-film yang "pernah" nongol di Bioskop (jangan harap film-filmnya up to date)

Beda banget sama ade tirinya kereta Eksekutif, yaitu kereta Ekonomi, gimana nggak ade tiri coba, kereta Bisnis aja kalo pergi-pergian selalu di ajak bareng, tapi kalo Ekonomi, Cihhh nggak lah yau!. Saya bisa menemukan berbagai keajaiban-keajaiban di dalam gerbong, kadang namanya aja yang Ekonomi AC, tapi di dalamnya nggak jauh beda dah sama kelas ekonomi (trust me its work!). Bedanya pas baru mau jalan, suhu didalem kereta dingin gila!, udah kaya dikereta Eksekutif sampai-sampai saya nyewa selimut buat jaga-jaga pas nanti malem suhunya makin dingin, eee......., ketika udah hampir 30 menitan kereta jalan, bukannya makin dingin tapi kian lama kian panas!, wedew...., ternyata tetep aja strategi bisnis mah gas terusssss!!!!. Keajaiban yang lainnya, tempat duduk penumpang yang terdiri dari dua bangku saling berhadapan untuk isi empat orang (masing-masing isi dua orang) bisa disulap jadi untuk tujuh orang!. Satu bangku isi tiga orang dan satu lagi tergeletak di kolong bangku, NAHAS!!!. Jangan sangka di kolong bangku mereka cuma tidur, ada juga yang sambil tengkurep terus telpon-telponan. 

Para penumpangnya didominasi oleh Mbo-mbo sama Mas-mas Jawa, seperti teman saya katakan bahwa sebetulnya di Indonesia itu cuma ada dua suku, suku Jawa dan suku Bukan Jawa. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib, katanya sih gitu. Saya aja kadang merasa heran, saya yang asli Jakarta, pure Betawi punya, ngeliat dikampung halaman saya, yang paling banyak ya orang Jawanya. Salutnya dari mereka, orangnya pada baik-baik banget, nggak jarang dari mereka menyodorkan makanannya kesaya, nggak tahu sekedar basa-basi apa emang tulus, ya namanya saya urat malunya udah putus, kalo di tawarin sesuatu apalagi itu bentuknya makanan ya langsung tancap aja!, dosa kalo nolak rejeki!. 

Yang paling ajaibnya lagi, yaitu para pedagang asongannya. Satu orang pedagang bisa menjual lebih dari sepuluh jenis makanan!, kacang goreng, kacang rebus, air teh, teh manis, teh tawar panas, teh rebus, teh goreng, markisa (nggak tau dah tuh metik dimana!), mie ayam, bakso, mie ayam pake bakso (yang ini saya bingung masaknya dimana). Caranya mereka jualan dengan serentak mereka semua saling bertereak dan bersaut-sautan, seketika suasana seperti di Tanah Abang!. Hebatnya lagi, bola mata pedagang disana kaya bunglon, muter liat samping kanan, kiri kedepan, mungkin kalo bisa kebelakang, bola matanya akan tebalik juga kearah belakang, siapa yang menatap matanya, dialah yang akan jadi target dagangannya!. Jangan berharap bisa tidur pulas, karena mereka akan hadir disetiap pemberhentian stasiun-stasiun kecil dan melakukan kegiatan yang sama!. 

Namanya juga kereta Ekonomi, stratanya ada dibagian paling bawah, kalo ada kereta Eksekutif yang lewat, kereta ini harus berhenti dulu, mungkin gini kali ya percakapan antar mereka :

KA.Executive : Misih!!!, gue mau lewat, pergi dari hadapan gue jauh-jauh!!!

KA.Bisnis : Mangkanya kaya gue dong, akur sama kereta Executive, jadi mau kemana-mana, pasti gue bareng-bareng dong!

KA.Ekonomi : (Karena kereta telah melakukan Jawanisasi dan selalu bersahaja dan cinta aka kedamaian) mang rumiyin Pak, Kulo ten wingking Mowon."Silahkan aja pak, saya mah tahu diri..".

Keajaiban-keajaiban yang kaya gini, nggak bakalan ditemui di kereta Executive, dan saya yakin di negara-negara maju, nggak ada pedagang yang masuk kedalam kereta sambil tereak-tereak jualin makanan. Inilah keunikan Bangsa Indonesia, bangsa yang kreatif (dimana lagi kalo bukan di Indonesia yang bisa jualan mie ayam bakos di dalem kereta), yang selalu memanfaatkan peluang!(bangku dua biji diisi tujuh orang!. I love Indonesia, By my last breath, I wish I will become one with Motherland. 





Read Youth More

24 February 2013

Ekonomi tapi AC, How Come??

Kereta merupakan alat transportasi yang sangat terjangkau untuk berpergian antar kota di pulau Jawa, dari kalangan kaum elite sampai kaum kamseupay bin melarate dapat menggunakannya, punya uang maupun nggak punya uang, nggak masalah kereta di Indonesia masih menyediakan gerbong lantai dua, no charge!, mantapkan?!. Dibandingkan dengan bus, saya lebih memilih kereta untuk melakukan traveling yang membutuhkan waktu duduk lebih dari 3 jam, dengan catatan ada akses kereta juga ke daerah tersebut. Selain harganya yang ekonomis, saya bisa memperhatikan berbagai kegiatan yang ada di dalam kereta, dari penumpangnya, pedagang-pedagangnya, rakyat jelatanya, atau pramusajinya yang menurut saya yaa... gak kalah kerennya sama pramugari Lion. Saya sendiri ada alasan mengapa memilih tranportasi yang panjangnya bak ular naga ini, yaitu berhubungan sama perut saya yang nggak bisa diajak kompromi kalo udah kebelet mau kebelakang (baca:boker). Haduh....., gak kebayang deh kalo harus pilih bus untuk perjalanan jauh, bisa-bisa cepirit di celana, Oh Nooo!!!!.

Sekarang ini tiket kereta sudah dijual secara online untuk kereta Bisnis dan Executive. Kita bisa melakukan reservasi 30 hari sebelum keberangkatan atau minimal 1 hari sebelum keberangkatan, jadi nggak usah capek-capek deh ngantri di loket dan berhadapan sama calo-calo yang menawarkan tiket murah ini itu, padahal mah harganya lebih murah beli sendiri. Pemesanan juga bisa dilakukan di Indomart dan Alfamart, tanya aja bagaimana cara melakukan reservasi sama kasirnya, pasti mereka pada tahu kok, kalo nggak tahu sentil aja kupingnya sampe nangis!

Nah untuk tiket kereta versi rakyat jelata dan sering juga dipilih sama saya (baca:ekonomi), musti-kudu-wajib-fardu'ain-harus ke loket pembelian tiket KA. For your information aja nih, tiket kereta yang stratanya lebih rendah dari kelas bisnis ini, kalo di jakarta nggak lagi dijual di stasiun-stasiun besar, seperti Gambir dan Jatinegara. Kita harus ke stasiun-stasiun kereta kecil seperti stasiun Beos (Kota),Senen, Cikin, Tebet dll.

Saya pilih stasiun kota yang ada di Jakarta Utara (padahal rumah saya lebih deket ke stasiun Senen, namun karena saya nggak tahu lempengan manah tuh stasiun, jadilah saya pilih stasiun terjauh!).Untuk pergi kesana aja harus penuh perjuangan bray!!!, ngelewatin macetnya jakarta bak orang parkir di tengah jalan sampe harus ngelewati jalanan yang banjir akibat meluapnya kali di Pluit gara-gara hujan lebat, ditambah bau pasar (Induk, Kramat Jati, Mester, Senen, Glodok).Sampe sana benar-benar udah nggak bakalan keliatan ganteng lagi dah, kecuali kesananya naik mobil pribadi, tetep wangi sih bajunya, tapi saya jamin, kalo saya start dari rumah jam sepuluh pagi bulan Oktober, sampai sana jam sepuluh pagi bulan November!!!, hehehe tahu sendirikan macetnya kaya apa!.Pilihan lain untuk sampai ke sana dengan Transjakarta.Hanya mengeluarkan uang Rp3.500 udah dapet AC plus duduk manis (ini juga kalo nggak banyak penumpangnya).

Harga tiket kereta ekonomi dari Jakarta ke Yogya cuma Rp 35.000 doangan!!, nama keretanya adalah Progo, ini harga normal, coba deh beli ketika hari-hari besar kaya lebaran, harganya bisa tiga kali lipat!. Namun malang sekali nasib saya, tiket kereta ekonomi buat tanggal keberangkatan saya, semuanya habis! Arrrrggghh, nggak rela kalo harus beli tiket Bisnis yang harganya Rp.170.000 atau Executive yang harganya Rp.250.000. Anak kuliahan gituloh, gengsi lah ngeluarin duit banyak-banyak!

Selagi kegalauan melanda saya, anatara mengeluarkan uang untuk beli tiket yang harganya bisa pulang balik Yogyakarta empat kali, atau pilih bus yang siap-siap bakalan cepirit dicelana kalo udah mau datang panggilan alam, tiba-tiba saya dapet ilham dari orang disebelah saya, panggil saja dia Mawar biarpun dia bapak-bapak. Si bapak membeli tiket Ekonomi AC, wedew saya baru tahu selain tiga kelas kereta (Ekonomi, Bisnis, Executive) ada juga satu kelas lagi yang nyempil. Harganya juga nggak mahal-mahal banget, Ya... biarpun tetep aja menurut anak kuliahan kaya saya mah mahal. Cuma Rp.110.000, dan ingat full AC!!!. Okelah kalo begitu, I take it, daripada saya harus menunda perjalanan. Kereta yang saya pakai adalah kereta jurusan ke Solo, memang sudah nggak ada lagi tiket kereta Ekonomi maupun Ekonomi AC yang pemberhentiannya terakhir di Yogyakarta. Nama keretanya Bengawan, berangkat jam 19.30 WIB(Waktu Ini kereta Berangkat) dan diperkirakan sampai di stasiun Lempuyangan jam 6.30 WIB(Waktu Ini kereta Berhenti).Kita lihat aja bakalan ngaret apa nggak tiba disana. Pokoknya untuk saat ini yang penting sampe Yogya. Yogya I'm coming!!!


Read Youth More

No Planning, Traveling Must Go On!

Menurut teorinya Abraham Maslow tentang motivasi, seseorang dapat melakukan perjalanan dengan dua macam cara, yang pertama orang tersebut merencanakan segala macam kegiatan apa yang akan mereka lakukan, lalu menentukan destinasi mana yang akan dikunjungi, yang kedua orang tersebut memilih destinasinya dulu baru deh, mau ngapain mereka disana itu urusan belakangan.

Saya sendiri termasuk dalam kategori orang pertama, karena kegiatan yang bakal dilakuin sudah keliatan, nggak harus nerawang-nerawang lagi, lagipula agar bisa menyesuaikan pakaian juga, kan aneh kalo misalnya mau ke Lombok tapi kita nggak tahu Lombok itu kaya apa akhirnya yang dipakai jaket tebel ala rapper sama sepatu boots yang ada bulu-bulu halus didalamnya, hedeeehhhh..., dikira bule kutub utara nyasar ke Lombok.

Tapi untuk trip yang sekarang ini berbeda dari biasanya, saya menjadi tipe orang kedua yang memilih tempat wisata dulu setelahnya baru menentukan mau ngapain disana. Pilihan saya jatuh kepada kota Yogyakarta (berhubung memang keuangan tidak mendukung untuk berpergian keluar pulau jawa hiks!), berhubung disana juga ada temen saya si Acim, jadi bisa nebeng hiduplah dikit, heheheh, tepatnya di kabupaten Gunung Kidul. Saya sendiri juga gak tau ada pojokan mananya Yogya, yang penting ke tempat destinasi yang dituju, sesampenya disana, who cares mau ngapain!



Read Youth More